Male P.O.V
Hujan gerimis mengguyur ibu kota Jakarta di malam hari, air yang turun itu memberikan kesejukan ditengah-tengah musim kemarau bagaikan terdapat oasis di hamparan gurun pasir. Orang-orang disekitarku tampak mengucap syukur diiringi segaris senyuman di wajah mereka.
Namun berbeda denganku, aku tak tersenyum pada langit karena ku tahu langit sedang menangis seperti hatiku yang sedang menangis dalam keramaian jalanan ibu kota. Menangis karena kesepian, gelapnya langit tak ditemani terangnya rembulan. Di hari hujan gerimis seperti ini aku teringat bayangan seorang gadis yang telah mengisi hari-hariku namun kini dia perlahan menjauh, menjauh dari jangkauanku hingga menjadi titik kecil kemudian menghilang.
Aku menginjak rem saat lampu hijau berubah menjadi merah, ku angkat rem tangan disampingku dan melepaskan kaki ku diatas rem. Deretan mobil berbaris menunggu lampu berubah kembali. Ku lihat kursi disampingku kini kosong tak ada yang menduduki tempat itu dan tak ada lagi yang memegang tangan kiriku saat ku menyetir. Ku memegang telapak tangan kiriku sendiri merindukan sentuhan hangatnya. Mengapa perpisahan ini terasa berat dan menyakitkan, mengapa aku tak tahu dari dulu ?
Lampu berubah menjadi hijau kembali, aku menginjak gas membawa mobil ini melaju menyelusuri jalanan yang selalu ku lalui. Tanpa sadar mobil ini berhenti disebuah gedung yang tak asing lagi bagiku. Tangan ini ragu untuk membuka mobil dan menemuinya. Dia telah pergi dan aku tak bisa berbuat apa-apa. Lima menit waktu berlalu aku masih terdiam diri didalam mobil, memikirkan apa yang sebaiknya ku lakukan. Aku merindukannya, aku merindukan setiap tawanya, aku merindukan suaranya yang selalu bercerita tentang hari-hari yang dilaluinya dan yang paling ku rindukan adalah senyumannya yang mampu menghilangkan rasa suntukku. Aku mengambil iphone di dashbord mobil dan segera jari ini mengetik pesan untuknya.
“meski kamu lelah pastikan jangan lupa makan”
Saat ini aku hanya bisa mengirim pesan singkat kepadanya, sebuah pesan yang menyampaikan kerinduan yang tak terungkap.
JIka ini belum terlambat bisakah kita bersama lagi ?
Jika kamu berusaha seperti ku, akankah kita menjadi sedikit lebih mudah ?
Kurasa perpisahan ini salah tapi aku harus melupakannya meskipun tak mudah.
Inspirasi dari ‘If You’ Big Bang
Cerita ini adalah sudut pandang laki-laki dari cerita yang berjudul ‘Eat’. Rencananya gue bakalan bikin cerita lanjutan. For your information cerita ini terispirasi dari lagunya Big Bang yang berjudul If You, sebagian lirik lagu gue tulis juga dalam cerita diatas. Rekomendasi banget kalo baca sambil denger lagunya 🙂